Apa Itu Pembobolan Data?
Definisi: pembobolan data bisa mengekspos informasi rahasia, sensitif, atau dilindungi kepada orang yang tidak berhak. Berkas-berkas data yang dibobol bisa dilihat dan/atau dibagikan kepada orang lain tanpa izin.
Siapa pun berisiko mengalami pembobolan data — mulai dari individu hingga perusahaan besar dan pemerintah. Yang lebih penting, siapa pun bisa membuat orang lain terpapar risiko jika tidak dilindungi.
Biasanya pembobolan data terjadi karena ada kelemahan dalam:
Meski komputer dan perangkat seluler memiliki fitur-fitur yang lebih konektif, ada lebih banyak celah kebocoran data. Teknologi baru dibuat lebih cepat daripada kemampuan kita untuk melindunginya.
Perangkat di sektor IoT merupakan bukti bahwa kita makin mengutamakan kenyamanan daripada keamanan.
Ada banyak produk “rumah pintar” yang memiliki celah, seperti ketiadaan enkripsi, dan peretas bisa memanfaatkannya.
Karena produk, layanan, dan alat-alat digital baru digunakan tanpa pengujian keamanan yang memadai, masalah ini akan terus bertambah.
Meski teknologi titik akhir telah disiapkan dengan baik, sebagian pengguna masih memiliki kebiasaan digital yang buruk. Cukup satu orang untuk membahayakan situs web atau jaringan.
Tanpa keamanan menyeluruh baik di tingkat pengguna maupun perusahaan, kita senantiasa berada dalam risiko.
Melindungi diri sendiri dan orang lain dimulai dari pemahaman bagaimana pembobolan data bisa terjadi.
Apa yang Diincar dalam Pembobolan Data?
Meski pembobolan data bisa diakibatkan oleh kesalahan yang tidak disengaja, kerusakan besar bisa terjadi jika orang dengan akses tidak sah mencuri dan menjual Informasi Pengenal Pribadi (PII) atau data intelektual perusahaan demi keuntungan materi atau untuk menimbulkan kerugian.
Penjahat cenderung mengikuti pola dasar: menargetkan organisasi untuk dibobol membutuhkan perencanaan. Mereka menyelidiki korban untuk mengetahui letak kerentanan, seperti pembaruan yang hilang atau gagal, dan kerentanan karyawan terhadap penipuan phishing.
Peretas mempelajari kelemahan target, lalu mengembangkan upaya penipuan supaya orang dalam tidak sengaja mengunduh malware. Terkadang mereka langsung menyerang jaringan.
Setelah berhasil masuk, penjahat bebas mencari data yang diinginkan — dan memiliki banyak waktu untuk melakukannya, karena rata-rata pembobolan membutuhkan waktu lebih dari lima bulan supaya terdeteksi.
Berikut kerentanan umum yang ditargetkan penjahat:
Metode Berbahaya yang Dimanfaatkan untuk Membobol Data
Karena pembobolan data disebabkan oleh serangan siber, Anda wajib tahu hal yang perlu diwaspadai.
Berikut beberapa metode populer yang digunakan oleh peretas
Phishing. Serangan rekayasa sosial ini dirancang untuk memperdaya Anda supaya data bisa dibobol. Pelaku phishing menyamar menjadi orang atau perusahaan tepercaya supaya mudah menipu Anda. Penjahat ini akan berupaya membujuk Anda supaya mau menyerahkan akses ke data sensitif atau memberikan data itu sendiri.
Serangan brute force. Dalam pendekatan yang lebih nekat, peretas bisa menggunakan perangkat lunak untuk menebak kata sandi Anda.
mengupayakan seluruh kemungkinan kata sandi Anda sampai tebakannya benar. Serangan ini butuh banyak waktu, tetapi prosesnya makin cepat karena kecepatan komputer meningkat. Peretas bahkan membajak perangkat lainnya seperti perangkat Anda dengan infeksi malware untuk mempercepat prosesnya. Jika kata sandi lemah, cukup butuh beberapa detik untuk membobolnya.
Malware. Sistem operasi, perangkat lunak, perangkat keras, atau jaringan dan server perangkat yang terhubung bisa memiliki celah keamanan. Celah perlindungan ini dicari penjahat sebagai tempat yang tepat untuk memasukkan malware. Spyware sangat cocok untuk mencuri data pribadi tanpa terdeteksi sama sekali. Mungkin infeksi ini tidak diketahui sampai sudah terlambat.
Kerusakan Akibat Pembobolan Data
Sering kali pembobolan data tidak bisa diperbaiki hanya dengan sedikit perubahan kata sandi. Dampak kebocoran data bisa menjadi masalah jangka panjang bagi reputasi, keuangan Anda, dan sebagainya.
Bagi perusahaan: pembobolan data bisa berdampak buruk pada reputasi dan keuntungan finansial sebuah organisasi/perusahaan. Beberapa perusahaan seperti Equifax, Target, dan Yahoo, misalnya, telah menjadi korban pembobolan data. Dan saat ini, banyak orang mengaitkan/mengingat perusahaan-perusahaan ini karena kejadian pembobolan data, bukan aktivitas bisnis mereka.
Bagi badan pemerintah: data yang diretas bisa berarti membocorkan informasi rahasia kepada pihak asing. Operasi militer, urusan politik, dan informasi lengkap tentang infrastruktur utama nasional bisa menimbulkan ancaman besar bagi pemerintah dan warga negaranya.
Bagi individu: pencurian identitas merupakan ancaman besar bagi korban pembobolan data. Kebocoran data bisa mengungkapkan segalanya, mulai dari nomor jaminan sosial hingga informasi perbankan. Jika penjahat memperoleh informasi ini, mereka bisa melakukan segala jenis penipuan atas nama Anda. Pencurian identitas bisa merusak kepercayaan kredit Anda, menjerat Anda dengan masalah hukum, dan persoalan ini sulit ditangani.
Meski termasuk kasus umum, kerugian akibat pembobolan data bisa jauh melebihi masalah ini. Jadi, sebaiknya Anda menyelidiki apakah data Anda telah terekspos. Untuk mengetahui apakah akun pribadi atau kantor Anda telah diretas, gunakan https://haveibeenpwned.com/ untuk memeriksanya (alat ini memeriksa pembobolan data di alamat email dan melaporkan kebocorannya).
Mungkin Anda menginginkan pemantauan yang lebih komprehensif untuk mengetahui secara waktu nyata apakah data pribadi telah bocor. Produk-produk seperti Kaspersky Premium menawarkan pendeteksian kebocoran data dan membantu Anda menangani situasi tersebut.
Tentu saja, cara terbaik untuk melindungi diri adalah jangan menjadi korban pertama. Tidak ada paket keamanan yang sempurna, tetapi ada cara untuk melindungi diri, baik individu atau perusahaan.
Cara untuk tidak menjadi korban Pembobolan Data
Pencegahan pembobolan data melibatkan semua orang di setiap tingkatan — mulai dari pengguna akhir hingga staf TI, dan semua orang di antaranya.
Jika Anda merencanakan cara mencegah pembobolan atau kebocoran data, sistem keamanan bisa dirusak jika ada celahnya. Setiap orang yang menggunakan sebuah sistem berpotensi memiliki kerentanan. Bahkan anak kecil yang menggunakan tablet di jaringan rumah Anda bisa menjadi sumber risiko.
Berikut beberapa praktik terbaik supaya terhindar dari pembobolan data
Produk yang Direkomendasikan:
Bagaimana Pembobolan Data bisa terjadi?
Kita berasumsi bahwa pembobolan data dilakukan oleh peretas luar, tetapi hal itu tidak sepenuhnya benar.
Alasan terjadinya pembobolan data terkadang bisa dilihat kembali kepada serangan yang disengaja. Namun, pembobolan data juga bisa terjadi akibat kelalaian individu atau kelemahan dalam infrastruktur perusahaan.
Berikut cara terjadinya pembobolan data:
Yang Dapat Dipelajari dari Pembobolan Data Pribadi oleh Bjorka
Meskipun banyak juga yang mendukung Bjorka saat melakukan pencurian data pribadi pemerintah, bukan berarti kita harus merayakannya. Pasalnya, bisa saja data kita termasuk salah satu data yang juga dibobol oleh peretas yang sempat trending dan viral itu.
Memang, saat ini belum jelas sosok utama di balik nama Bjorka. Tak perlulah kita menunggu. Maka dari itulah, kita membutuhkan audit ISO 27001.
SOAL pelindungan data pribadi sudah saatnya Indonesia masuk kelompok negara paling tidak aman di dunia. Berulang kali terjadi kebocoran data pribadi tanpa ada penjelasan gamblang dan tindakan tegas menandakan negara tidak berdaya menghadapi para peretas yang begitu leluasa masuk karena buruknya sistem keamanan digital kita.
Kejadian teranyar adalah bocornya data 6 juta nomor pokok wajib pajak (NPWP) yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Bukan main-main, selain nama, alamat, nomor telepon, nomor induk kependudukan, dan NPWP, data pajak yang bocor berupa tanggal daftar wajib pajak, status pengusaha kena pajak (PKP), tanggal pengukuhan PKP, jenis wajib pajak, serta nama badan hukum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, dari 6 juta data NPWP yang bocor tersebut, ada nama sejumlah menteri hingga Presiden Joko Widodo dan anaknya, Gibran Rakabuming Raka serta Kaesang Pangarep. Adapun data menteri yang bocor adalah milik Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, serta Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.
Data tersebut kemudian dijual oleh akun Bjorka dengan harga sekitar Rp 150 juta di BreachForums pada Rabu, 18 September 2024. Sebelumnya, akun itu beberapa kali mengaku membobol data pemerintah, dari dokumen Badan Intelijen Negara hingga dinas kependudukan dan pencatatan sipil, pada medio September 2022.
Kebocoran data pribadi sebelumnya terjadi pada data kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, data kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) Komisi Pemilihan Umum, dan hasil tes Covid-19 Kementerian Kesehatan. Hingga kini tak jelas kabar lebih lanjut penanganannya.
Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) mencatat, sepanjang 2022 hingga 2023, terjadi 113 kali peretasan data pribadi. Mayoritas yang terkena pembobolan data pribadi adalah instansi pemerintah, dari BPJS Kesehatan, Kepolisian RI, KPU, hingga Kementerian Pertahanan.
Namun, alih-alih mengambil tindakan tegas, Jokowi malah meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Keuangan, serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sekadar memitigasi kebocoran data itu. Padahal yang paling utama adalah mengusut sumber kebocoran dan memastikan bobolnya data superpenting tersebut tidak terjadi kembali.
Bukannya langsung mencopot pembantunya yang tak becus menjaga keamanan data karena harus berburu dengan waktu, Kepala Negara malah hanya meminta dilakukan mitigasi. Setali tiga uang, para menterinya hingga kini juga kompak membantah terjadi kebocoran data.
Yang tak kalah absurd adalah saat Jokowi menyebutkan peristiwa kebocoran data pribadi tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di sejumlah negara. Mengelak dari kewajiban meminta maaf karena gagal menjaga kerahasiaan data pribadi warganya, ia malah menyebutkan kebocoran data bisa jadi karena warga salah menulis password dan menyimpan data di banyak tempat.
Pernyataan itu sembrono dan terkesan menggampangkan persoalan besar yang menyangkut hak asasi warga negara untuk mendapat pelindungan data pribadi. Untuk kesekian kali, Jokowi seperti sedang melempar kesalahan kepada pihak lain saat masyarakat tak bisa lagi tenang dan merasa tidak aman karena data pribadi mereka beredar di dunia maya yang otomatis rentan menjadi korban kejahatan siber.
Sulit berharap Kementerian Komunikasi dan Informatika serta BSSN mampu mengejar para pembocor data pribadi itu, kemudian menyeret mereka ke penjara. Terbukti dua lembaga tersebut tidak bisa bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya menjaga keamanan sistem siber negara. Sulit juga berharap pejabat di lembaga tersebut malu karena gagal melaksanakan tugas kemudian mengundurkan diri dari jabatannya.
Pemerintah juga selama ini terang-terangan tak memprioritaskan untuk menjaga data pribadi warga negara. Ini terlihat ketika KPU dan polisi tidak mengusut dugaan pencatutan KTP warga Jakarta untuk bisa meloloskan pasangan calon independen Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta, Dharma Pongrekun-Kun Wardana.
Tapi sebetulnya masih ada satu cara yang bisa dilakukan, yaitu gugatan class action terhadap pemerintah akibat berulangnya kasus kebocoran data pribadi. Langkah ini bisa dilakukan dengan tetap waspada pembobolan data pribadi kita kembali terulang dan diperdagangkan di jagat maya.
integrasolusi.com – Masih ingat dengan banyaknya kasus pembobolan data pribadi oleh peretas (hacker) yang menyebut dirinya Bjorka. Hingga kini, belum ketahuan juga identitas asli Bjorka.
Ada yang berspekulasi bahwa Bjorka bukan hanya satu orang, namun sekelompok orang dengan keahlian meretas. Mulai dari data pribadi rakyat Indonesia hingga pejabat, semuanya kena. Bjorka pun menjual semuanya ke situs Breach Forum.
ANCAMAN TERHADAP DATA PRIBADI DI BALIK JUDI ONLINE
Pemerintah tidak henti-hentinya memberikan himbauan terkait keamanan dan etika dalam dunia digital. Baik melalui literasi digital, seminar, dan lain-lain. Tidak terkecuali terkait judi online yang belakangan ini marak digandrungi oleh banyak orang. Penyedia jasa judi online sangat gencar melakukan promosi baik melaui sosial media, situs, bahkan menyewa influencer. Setelah banyak situs judi online diblokir, mereka tidak kehabisan akal agar promosinya tetap berjalan. Salah satunya dengan melakukan defacement dengan konten berupa promosi judi terhadap website-website yang memiliki kerentanan lalu memanfaatkan teknik Black Hat SEO.
Selain menimbulkan dampak kecanduan dan dampak sosial lainnya, ancaman yang mungkin saja ditimbulkan dari bermain judi online adalah ancaman terhadap data pribadi. Data pribadi dari pengguna judi online sangat rentan untuk diperjualbelikan. Hal ini karena aplikasi judi online sifatnya ilegal dan tidak tersedia pada platform resmi seperti Play Store maupun App Store. Beberapa judi online hanya menyediakan jasa melalui situs (tanpa aplikasi) mobile. Selain ilegal, kebijakan privasi pada judi online tidak jelas sehingga data pengguna bisa saja disalahgunakan. Bukan tidak mungkin penyedia jasa judi online melakukan jual-beli data penggunanya dengan platform judi online lain untuk memperluas jangkauan mereka.
Ilustrasi Pencurian Data Pribadi
Tidak menutup kemungkinan juga bagi penyedia layanan judi online untuk mencuri data penggunanya seperti kontak dan informasi sensitif lainnya melalui aplikasi versi mobile mereka. Sehingga dampak ini akan meluas ke kerabat atau orang lain yang berhubungan dengan pemain judi online tersebut.
Maka penting bagi masyarakat Indonesia untuk tidak lagi bermain judi online. Selain melanggar ketentuan hukum, dampak yang ditimbulkan bagi pengguna dan orang-orang di sekitarnya tidak bisa dianggap sebagai hal yang remeh.
Data tersebut akan diolah penyedia jasa judi online untuk keperluan yang menguntungkan pihaknya dan merugikan si pengguna jasa judi online.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyebut transaksi judi online sejak awal 2023 hingga September 2023 diakumulasikan lebih dari Rp200 triliun. Pihak PPATK tengah menganalisis lebih dari 159 juta transaksi yang memiliki nilai lebih dari Rp160 triliun.
Hingga saat ini PPATK terus memantau aliran dana yang diduga terkait dengan transaksi judi, baik judi konvensional maupun judi online. Khusus periode Agustus hingga September 2023, PPATK telah menyampaikan Hasil Analisis terkait perjudian kepada Kepolisian, dengan rincian 21 Hasil Analisis Proaktif dan 16 Hasil Analisis Reaktif berdasarkan permintaan Kepolisian.
Dilansir laman PPATK, aktivitas judi online di Indonesia kian merebak sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian canggih. PPATK menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak tergiur dengan berbagai bentuk judi online dan dapat bekerjasama memberikan informasi penting terkait dengan judi online melalui kanal pengaduan publik aparat penegak hukum maupun pengaduan pencucian uang PPATK.
Selain menimbulkan dampak kecanduan dan dampak sosial lainnya, ancaman yang tak kalah merugikannya dari bermain judi online adalah ancaman terhadap data pribadi. Data pribadi pemain judi online sangat rentan diperjualbelikan.
Judi online biasanya menggunakan aplikasi ilegal yang tidak tersedia di platform resmi dan banyak situs judi online ini yang hanya melalui situs mobile. Selain ilegal, kebijakan privasi yang diatur dalam judi online juga tidak jelas, yang mana data pribadi dapat disalahgunakan sangat tinggi kemungkinannya.
Kemudian, tidak ada jaminan penyedia layanan jasa judi online tersebut tidak memperjualbelikan data pribadi penggunanya untuk memperluas jangkauan mereka atau untuk kepentingan pribadi mereka.
Liputan6.com, Jakarta - Informasi hoaks yang mencantumkan tautan situs palsu alias bodong sebagai modus pencurian data pribadi beredar belakangan ini di tengah masyarkat.
Untuk menarik minat orang agar percaya mengisi data di situs bodong tersebut, biasanya dibumbui dengan informasi dari perusahaan atau program yang saat ini sedang tren.
Informasi tersebut pun harus dihindari, agar kita tidak terjebak dan dirugikan karena pencurian data pribadi lewat situs bodong.
Berikut cara mengenali ciri-ciri situs bodong pencuri data pribadi dilansir dari Cemati:
1. Cari nama situs web di mesin pencarian dan lihat hasilnya
Jika ada website mencurigakan yang disarankan ke email atau sosial media kamu. Sebelum membuka website cobalah untu memeriksa website tersebut menggunakan Google, Bing, Yandex, atau mesin pencari internet lain.
Jika website yang dicari muncul di halaman awal bisa dikatakan website tersebut aman karena mudah terdeteksi dan muncul di mesin pencarian.
Contohnya: Bila kamu mengetik Cermati untuk mengecek apakah website Cermati.com itu benar pada kotak pencaharian di mesin pencarian apapun, maka bagian pertama yang keluar terkait keyword cermati adalah websitenya, untuk Google pada bagian kanan halaman akan tercantum alamat kantor lengkap Cermati.com dan keterangan soal perusahaan Cermati secara singkat.
Khusus untuk mencari di Google jangan lupa mengecek ulasan pengguna tentang situs web dengan lalu lintas tinggi di dekat bagian atas hasil pencarian, jadi pastikan untuk memeriksa ini jika ada.
2. Perhatikan bilah alamat
Untuk mengecek apakah website fintech memang aman dan menggunakan enkripsi untuk mentransfer data, melindunginya dari peretas. Kamu bisa mengecek pada bagian awal alamat situs web apakah apakah ‘https://’ atau ‘http://’. Jika https// maka bisa dikatakan website cukup aman, meskipun belum bisa dijamin 100 persen.
https:// akan keluar secara otomatis saat kamu mengklik dua kali pada bagian URL atau saat akan meng-copy alamat website.
3. Menggunakan laporan transparansi Google
Untuk langkah yang lebih cepat, kamu bisa langsung meng-copy dan mem-paste alamat website yang ingin kamu cek kredibilitas atau keasliannya di https://transparencyreport.google.com/safe-browsing/search. Klik enter setelah menulis atau mem-paste alamat website/url dan tunggu hasilnya.
4. Cek nama domain atau evaluasi URL situs web
Trik paling banyak digunakan penipu adalah membuat situs webnya sangat mirip atau meniru alamat merek atau perusahaan besar. Seperti website bank atau website popular seperti e-commerce atau fintech besar.
Trik ini digunakan karena banyaknya orang yang tidak mengecek dua kali atau melihat sekilas saja alamat situs web dan nama domain. Seperti YahOO.com atau Amazon.net, padahal alamat sebenarnya adalah yahoo.com (menggunakan huruf O bukan angka nol) dan amazon.com.
Untuk website Cermati sendiri, menggunakan domain (.com) sebagai alamat resmi website, walaupun menulis dengan domain (.co.id) secara otomatis akan diarahkan ke alamat yang menggunakan (.com).
Jika menemukan alamat dengan kata cermati tapi meggunakan (.blogspot atau .wordpress) sebelum (.com) artinya situs ini mencurigakan atau merupakan blog pribadi seseorang.
Nah, untuk yang ingin mengecek alamat website lainnya, berikut tanda-tanda bahaya dari sebuah alamat website bodong yang perlu dikenali:
Website memiliki beberapa tanda hubung atau simbol di nama domainNama domain meniru bisnis sebenarnya (misalnya, “Amaz0n” atau “NikeOutlet” atau “Cybertreat”)Menggunakan template situs web yang kredibelEkstensi domain seperti “.biz” dan “.info”. Situs-situs dengan esktensi ini cenderung tidak kredibel.
5. Mencari tahu usia domain
Para penipu biasanya beraksi pada momen tertentu untuk melakukan aksinya. Misalnya, ketika selama liburan biasanya akan ada gelombang belanja online yang lebih banyak dibandingkan hari lainnya. Untuk itu, mereka menyusun situs web yang tampak sah dan sangat mirip dengan website perusahaan besar yang ditiru dengan sangat cepat di sekitar waktu itu.
Dengan mengecek usia domain kamu bisa menilai sendiri apakah website tersebut bodong atau tidak. Kamu bisa mengeceknya dengan mengklik link ini https://whois.domaintools.com/
Tulis alamat website pada kota pencarian dan tunggu hasilnya. Jika usia domain hanya berkisar 1 bulan tapi menggunakan nama perusahaan besar yang kamu tahu sendiri berapa lama kira-kira perusahaan itu berdiri artinya website tersebut mencurigakan.
Biasanya, website e-commerce atau fintech usia domainnya akan setahun atau dua tahun lebih tua dari usia resmi perusahaan berdiri. Karena saat domain dibeli, belum tentu websitenya sudah layak digunakan dan masih dalam tahap pengembangan sebelum secara resmi diluncurkan.
Untuk website cermati.com, jika kamu mengeceknya menggunakan link tersebut maka tanggal pembuatan domain adalah 2014 setahun lebih awal dari tahun resmi Cermati berdiri yaitu tahun 2015.
6. Perhatikan penggunaan tata bahasa, kualitas tulisan dan pengejaannya
Website dengan ejaan, tanda baca, kapitalisasi, dan tata bahasa yang baik, sesuai kkbi juga tanpa kesalahan penulisan menunjukkan bahwa situs web itu dibuat dengan serius.
Memang ada perusahaan dengan situs web yang sah dan mungkin saja mengalami kesalahan ketik sesekali profesional. Namun, tetap perhatikan jika situs web menggunakan huruf besar untuk setiap kata atau memiliki banyak frasa dan tanda baca yang aneh, maka patut dicurigai.
7. Menawarkan benefit, promosi atau diskon yang tidak masuk akal
Penipu biasanya akan menggunakan penawaran, diskon, promosi dan hadiah dengan keterangan yang tidak masuk akal. Misalnya potongan sampai 99% tapi dengan persyaratan yang terlalu mudah.
Umumnya jika perusahaan resmi menawarkan diskon sebesar itu, persyaratan yang diberikan juga cukup detail dan banyak.
Seperti harus mengikuti quiz, mengadakan kompetisi, mencari kode tertentu dengan harus membeli produknya terlebih dahulu dan berbagai benefit lainnya diumumkan di platform resmi seperti sosial media yang sudah verified bahkan ada juga yang diiklankan ke televisi atau billboard.
Jadi, jika persyaratan hadiah yang ditawarkan hanya dengan mengisi informasi pribadi jangan lakukan.
Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) memprediksi peristiwa pembobolan website resmi operator Telkomsel di www.telkomsel.com yaitu karena sumber daya manusia (SDM) yang kurang waspada.
Ardi Sutedja, Chairman of ICSF menilai SDM dapat menjadi salah satu faktor pemicu situs Telkomsel diretas oleh hacker. Menurutnya, perusahaan harus memperhatikan SDM agar lebih waspada terhadap sektor keamanan, sehingga perusahaan tidak mudah diretas. "SDM juga menjadi salah satu sektor penting untuk diperhatikan, karena jika SDM ini tidak waspada, bisa jadi peretas masuk melalui kelalaian SDM yang tidak aware dengan keamanan," tuturnya kepada Bisnis di Jakarta, Jumat (28/4/2017). Seperti diketahui website resmi operator Telkomsel www.Telkomsel.com telah dibobol oleh peretas yang sampai saat ini masih ditelusuri identitasnya. Peretas tersebut membuat laman website operator plat merah itu menjadi hitam dengan tulisan seperti makian terhadap Telkomsel karena harga paket kuota Internet yang mahal dan tidak pro terhadap rakyat. Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati membenarkan telah terjadi pembobolan terhadap website resmi Telkomsel.
Dikatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan perbaikan dan penelusuran terhadap pelaku peretasan tersebut. "Saat ini kami sedang melakukan penelusuran dan perbaikan yang dibutuhkan agar pelanggan dan masyarakat bisa kembali mengakses website itu," tuturnya. Dia juga meminta maaf kepada seluruh pelanggan Telkomsel karena tidak dapat mengakses website resmi Telkomsel. Namun, dia memastikan seluruh informasi yang berkaitan dengan produk, layanan dan informasi lain dapat diakses melalui Aplikasi My Telkomsel, Call Center dan Grapari Telkomsel. "Kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan ini," tukasnya.
Tidak dipungkiri, laju perkembangan teknologi yang luar biasa di era digital seperti saat ini memang banyak memberikan dampak positif. Namun dibalik segala kelebihannya, sesuatu hal diyakini akan mendatangkan hal-hal negative juga. Disatu sisi, teknologi mampu menghadirkan kecepatan pendistribusian informasi yang luar biasa. Update peristiwa dilokasi tertentu, misalnya invasi Rusia ke Ukraina, akan diketahui oleh public di belahan dunia lain. Dengan sekali klik, video yang diunggah, akan dapat ditonton oleh jutaan bahkan milyaran umat manusia di dunia. Namun, disisi lain, mengintip tindak kejahatan yang berevolusi dalam bentuk kejahatan cyber. Salah satu cyber crime yang paling populer adalah kebocoran data (data leak).
Salah satu peristiwa yang masih hangat dibicarakan dalam berbagai media terjadi di awal bulan Maret ini. Saat para ASN sedang menikmati romantisme tanggal muda, tiba-tiba publik dihebohkan dengan berita tentang kebocoran data pengguna internet. Hal itu terungkap setelah peneliti siber dari Singapura, DarkTracer, mempublikasikan laporannya bahwa terdapat kebocoran data kredensial lebih dari 49 ribu situs pemerintah di seluruh dunia. DarkTracer juga membuat daftar situs pemerintah dengan kebocoran data paling banyak. Dari data tersebut, terdapat tiga situs pemerintah Indonesia yang masuk dalam daftar 10 situs teratas, salah satunya melalui situs Ditjen Pajak (djponline.pajak.go.id). Terdapat 17.585 data kredensial untuk akses ke situs djponline.pajak.go.id yang bocor. Bukan hanya di situs itu saja, kebocoran data milik wajib pajak juga terjadi di situs ereg.pajak.go.id.
Namun kemudian secara resmi Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2Humas) DJP menenangkan public melalui keterangan persnya pada tanggal 3 Maret 2022. Juru bicara Ditjen Pajak tersebut menyampaikan bahwa kebocoran data bukan berasal dari system internal DJP, melainkan berasal dari perangkat pengguna (user) yang terinfeksi malware, yang kemudian digunakan untuk masuk ke dalam situs pemerintahan. DJP pun menyarankan agar pengguna situs DJP dan wajib pajak secara luas segera mengganti kata sandi dengan yang lebih kuat dan aman secara berkala. Huffhhh…melegakan sekali.
Jika menengok 2 bulan ke belakang, tepatnya di minggu pertama Januari 2022, DarkTracer juga melaporkan bahwa sebanyak 40.629 pengguna internet di Indonesia terinfeksi Stealer seperti Redline, Raccoon, Vidar dan lainnya. Selain itu, terdapat 502 ribu lebih data kredensial untuk akses ke domain .id (dot id) yang bocor dan didistribusikan melalui situs gelap. Data kredensial pengguna yang bocor tersebut tidak hanya data pengguna yang mengakses ke sejumlah situs pemerintahan saja seperti Kemdikbud, BKN, Ditjen Pajak, dan BPJS Ketenagakerjaan. Namun kebocoran juga sudah merambah ke data user yang mengakses beberapa aplikasi e-commerce seperti Shopee dan Lazada.
By the way, kenapa sih kok bisa data yang sebegitu penting bisa bocor? Dilansir dari situs UpGuard terdapat enam penyebab paling umum terjadinya kebocoran data di 2021, diantaranya kesalahan konfigurasi software, penipuan melalui rekayasa sosial (social engineering), password atau kata sandi yang digunakan berulang, pencurian barang yang mengandung data sensitif, kerentanan perangkat lunak, dan penggunaan kata sandi bawaan (default password).
Harus dipahami bersama bahwa kebocoran data sangat erat hubungannya dengan pembobolan data. Ketika data tanpa sengaja terekspos ke internet ataupun situs yang tidak aman, seorang peretas dengan senang hati akan segera mengakses informasi pribadi Anda untuk melakukan pembobolan data (data breach). By the way, kenapa sih kok bisa data yang sebegitu penting bisa bocor?
Jika kita perhatikan, banyak faktor yang berpotensi menjadi penyebab kebocoran data. Dari beberapa literatur, penulis mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi 3 penyebab utama kebocoran data, yaitu faktor kesalahan manusia (human error), serangan Malware (malicious software), dan manipulasi psikologis melalui social engineering.
Pertama, human error. Fitrah manusia yang hobi mempraktekkan kebiasaan ekonomis diantaranya dengan mencari free software atau aplikasi bajakan (yang biasanya memberikan iming-iming free trial atau bonus-bonus lainnya) “memaksa” kita untuk secara suka rela memasukkan data pribadi berupa nomor telp di situs atau aplikasi yang tidak terjamin keamanannya. Dan tanpa kita sadari, hal ini sering kita lakukan.
Kedua, serangan malware. Acap juga kita lalai dan tidak teliti dalam menerima maupun mengirim email, yang berpotensi menjadi pintu masuk malware. Malware pada dasarnya adalah program yang dirancang untuk merusak dengan menyusup ke system computer. Salah satu jenis malware yang berbahaya yaitu spyware. Menurut salah satu vendor antivirus yang sudah mendunia, Kaspersky, spyware merupakan software yang didesain untuk masuk ke dalam perangkat komputer. Spyware mempunyai kemampuan mengumpulkan data-data pribadi user dan mengirimnya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan user. Jahat sekali kan?
Ketiga, social engineering yaitu penggunaan manipulasi psikologis untuk mengumpulkan data sensitif seperti nama lengkap, username, password, dan sebagainya melalui media elektronik dengan menyamar sebagai pihak yang dapat dipercaya. Biasanya phishing memanfaatkan email untuk mengelabui korbannya. Email yang dikirimkan pelaku dapat berisi sesuatu yang mengatasnamakan pihak tertentu dan memancing korban untuk meng-klik tautan yang tercantum di dalamnya. Malah penulis beberapa kali mendapatkan sms yang berisi tautan dengan iming-iming bonus pulsa, bisa jadi sms dengan tautan tersebut merupakan kail untuk memancing “ikan-ikan” yang tergoda dengan umpan yang melambai-lambai memanggil-manggil untuk di klik.
Terlepas dari faktor-faktor utama tersebut, mungkin kita telah mengetahui tips-tips “normatif” untuk menghindari kebocoran data, yang bisa kita temukan di berbagai website maupun platform media social. Namun, apa yang harus kita lakukan jika sebuah data website sudah bocor? Langkah mitigasi yang paling cepat dan praktis yaitu, segera meng-update dan mengubah password akun user. Ibarat sebuah pintu, jika ada pelaku criminal yang sudah menduplikasi kunci tersebut, maka cara paling ampuh dan cepat yang bisa dilakukan empunya pintu yaitu langsung mengganti set pintu dengan yang baru. Cara tersebut disinyalir menjadi cara paling ampuh dan bisa dilakukan secara mandiri.
Memang, teknologi yang semakin maju disatu sisi akan semakin memudahkan manusia. Namun disisi lain, ancaman terhadap keamanan penggunaan teknologi juga semakin berevolusi. Bagaimana menyikapinya? Tidak perlu paranoid atau kekuatiran yang berlebihan, yang penting tetap hati-hati dan waspada. Makanya bro, sayangi data pribadimu mulai sekarang. Karena privacy adalah privilege yang tidak akan pernah bisa ditukar dengan nominal berapa pun saja.
(Penulis: Mahmud Ashari, Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Kisaran)
Kasus pembobolan data di PDN bukanlah yang pertama di Indonesia. Sebelumnya, telah terjadi banyak insiden pembobolan data pribadi yang membutuhkan perhatian dan penanganan serius dari pemerintah.
Seperti Apa Pencurian Data Pribadi oleh Bjorka?
Yang paling menghebohkan, dokumen surat online yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo termasuk salah satunya. Bahkan, pencurian data pribadi yang dilakukan oleh Bjorka tidak tanggung-tanggung.
Surat-surat digital yang dikirimkan Presiden Jokowi kepada BIN (Badan Intelijen Negara) juga berhasil dicuri oleh Bjorka. Selain itu, Bjorka juga melakukan doxing (penyalahgunaan data pribadi digital dengan tujuan kriminal) kepada beberapa pejabat pemerintah.
Beberapa korban doxing Bjorka termasuk Johnny G. Plate (Menteri Komunikasi dan Informatika), Erick Thohir (Menteri Badan Usaha Milik Negara), hingga Puan Maharani (Ketua Dewan Perwakilan Rakyat).
Mengingat sudah sampai seserius ini, audit keamanan informasi sangat diperlukan. Jangan sampai ada yang jadi korban lagi, karena penanganan masalah ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar.